Jumat, 22 April 2011

Legu Gam

Proposal:

 ANALISIS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA SEMESTER DUA DALAM MENENTUKAN NILAI-NILAI SUDUT ISTIMEWA DI KUADRAN DUA, TIGA DAN EMPAT

 ( Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan penelitian pendidikan matematika )


Oleh :


Darno
O30808019












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2009



























 
Proposal:

 ANALISIS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA SEMESTER DUA DALAM MENENTUKAN NILAI-NILAI SUDUT ISTIMEWA DI KUADRAN DUA, TIGA DAN EMPAT

 ( Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan penelitian pendidikan matematika )


Oleh :


Darno
O30808019












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2009





























BAB I
  PENDAHULUAN
Menurut Sunarya ( 1989 ), Pendidikan nasional adalah suatu system pendidikan yang terdiri atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut. Sementara itu Departemen pendidikan dan kebudayaan ( 1976 ), merumuskan bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar. Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional pada Bab I pasal 2 berbunyi : Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis sebagai pengajar, pendidik  dan pelatih para siswa . Guru merupakan agen perubahan social ( agent of social change ) yang mengubah pola pikir, sikap dan perilaku umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat, dan lebih mandiri.
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik dalam upaya membantu paserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidik. Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik disekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru.
Menurut Usman, ( 2000 : 4 ) proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.
Dari berbagai literature mengenai pengertian belajar dan mengajar yang dilaksanakan oleh guru beserta peserta didik dapat dipahami bahwa hingga saat ini pakar yang berkompeten didunia pendidikans memiliki latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda. Penjelasan tentang belajar disebutkan bahwa “ belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
Hilgard dan Bower misalnya, mengemukakan definisi belajar sebagai perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau kadang-kadang sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya ). ( Ngalim Purwanto, 1988: 85 )
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the oeganism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme ( manusia atau hewan ) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap peserta didik dikelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Berdasarkan pengamatan peneliti seorang mahasiswa semester dua yang meminta penjelasan kepada peneliti bagaimana cara menentukan nilai-nilai sudut istimewa dikuadran kedua, ketiga dan keempat dengan menggunakan pendekatan sudut yang berelasi. Alasan  peneliti mengangkat masalah ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan mahasiswa dalam mempelajari pokok bahasan trigononometri dalam menentukan nilai-nilai sudut istimewa dikuadran dua, tiga dan empat.
 Bertolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian dengan judul “ Analisis Kesulitan  Belajar Mahasiswa Semester Dua Dalam Menentukan Nilai-Nilai Sudut Istimewa Dikuadran Kedua, Ketiga Dan Keempat 





















Berdasarkan latar belakang di atas yang telah dikemukakan, permasalahan yang muncul adalah:

Mengacu pada rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian  ini yaitu :









BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam Pengertian belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya ( Sardiman, 2008 : 20-21 )
Sedangkan menurut Djamarah dan zain ( 2006: 10-11 ) bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan keterampilan maupun sikap bahkan meliputi aspek  pribadi. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem-sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang tersusun secara struktur, yang hendak dipelajari dengan jelas sehingga dapat membawa keberhasilan yang bermakna dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelajaran akan bermakna bagi peserta didik jika pengajar berusaha menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau, atau pengalaman-pengalaman masa lampau, atau pengalaman-pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya. Misalnya guru menjelaskan topik dalam pelajaran matematika, maka guru dapat menghubungkannya dengan pengalaman peserta didik tentang materi-materi yang telah mereka pelajari sebelumnya. Cara itu berdasarkan pada asumsi bahwa apa-apa yang telah mereka miliki sebagai pengalaman akan merangsang motivasinya untuk mempelajari masalah tersebut lebih lanjut.
Hudojo ( 1998 : 108 ) mengemukakan bahwa pelajaran matematika harus dilakukan secara cermat dan benar-benar bermakna bagi siswa, baik dari segi pemilihan materi yang diajarkan maupun dari segi strategi dalam menyampaikan materi.

      
Mahasiswa program studi Matematika yang bisa menentukan nilai-nilai sudut istimewa dikuadran kedua, ketiga dan keempat memahami rumus selisih sudut pada pokok bahasan trigonometri.

























BAB III
METODE PENELITIAN


Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian Deskriptif merupakan metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best, 1982 : 119 ). Variabel pertama dalam penelitian ini adalah angket yang dibagikan kepada mahasiswa yang berisi 10 pertanyaan.
Penelitian ini dilaksanakan di kampus I FKIP terhadap mahasiswa semester dua program studi matematika.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester II Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan  program studi matematika.
Variabel dalam penelitian ini adalah angket yang dibagikan kepada mahasiswa yang berisi 10 pertanyaan.





Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah
Data yang terkumpul akan dianalisis. Data dianalisis agar dapat mengetahui batas pemahaman mahasiswa pada pokok bahasan trigonometri. Langkah-langkah dalam menganalisi data adalah sebagai berikut :
P =
                                                                            
                                                                             n = Jumlah responden
Penafsiran atau interpretasi dari presentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh kuntjaranigrat dalam ( Adriani, 2004 : 32 ) sebagai berikut :
0%                              = Tak seorang pun
1% - 24%                   = Sebagian kecil
25% - 49%                 = Hampir setengah
50%                           = Setengahnya
51% - 74%                 = Sebagian besar
75% - 99%                 = Hampir seluruhnya
100%                         = Seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta   
Engke, Suwanto.  2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif  Tipe  Stad Pada Materi Logika      Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Universitas Khairun, Ternate
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung :     Bumi Aksara
Sukadi. 2006. Guru Powerfull Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Syaodihsukmadinata, Nana. 1997. Pengembangan kurikulum Dan Praktek. Bandung :    Rosdakarya
Yunus Namsa, H. M. 2006. Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia. Jakarta :  Media Aktualisasi      Pemikiran.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar